Kembali Pulang

Posted by Ditulis oleh Ruang Public On Selasa, Januari 27, 2009

Satu (Lagi) Kawanku Memilih Balik Kanan

Kawanku itu menungguku pulang semalam….

Tak seperti hari biasanya, dia tidak terlelap terlebih dulu sebelum aku sampai ke kamar kosku sekitar pukul 00.30 WIB. Rasa letih seharian bekerja, sangat terasa menusuk sampai ke tulang ketika kawanku itu hanya mengucapkan satu kalimat saja. “Nu, besok gue balik ke Bali..” ujar Putu A Nova, salah satu reporter SINDO Bali yang diperbantukan di Jabar. Kawanku ini, datang bersama dua rekannya yang juga dari bali yakni Miftahul Ulum dan Mas Rohmat sekitar pertengahan Juni tahun lalu.

Perkataan kawanku ini sempat membuatku terdiam, dan tidak menggangap hal ini serius. Karena kami biasa bercanda untuk menghibur hati sekaligus mengusir rasa lelah sepanjang hari. Tapi rupanya kawanku itu serius dengan perkataannya..Sekali lagi dia menegaskan padaku bahwa hari ini dia akan kembali pulang ke kampung halamannya di Pulau Dewata.

Saat itu juga ranah emosiku bermain. Seakan tidak mau menerima kenyataan bahwa dia telah masuk dalam daftar panjang kawan2 yang memilih melompat lebih awal daripada aku..Diskusiku berlangsung cukup lama dengan kawanku itu. Kami berbincang sejak pukul 00.30 WIB hingga pukul 02.30, ketika aku suadh tidak bisa lagi membujuk dia untuk tetap bertahan dan tinggal walau hanya sebentar saja…

Beberapa kali saya sempat membujuknya. “Tunggulah sebentar, kita sudah sepakat sebelumnya bahwa segala sesuatunya kita bicarakan sama2. kenapa harus mendadak seperti ini?” tanyaku tak terima. Pikiranku benar-benar kalut, dalam hati kecil ini berkata “Kenapa harus ada lagi yang pergi setelah satu kawanku (Ulum) akhirnya dipaksa pergi?” kataku dalam hati.

Dia hanya menjawab “Berat memang harus meninggalkan teman2 disini, tapi gue udah memikirkan ini matang2 dan putuskan kalau gue harus melompat lebih awal. Karena gue gak bisa menunggu tanpa kepastian,” tegasnya yang akhirnya memaksa aku untuk menerima alasan itu..kawanku itu juga bilang bahwa besok dia akan pamit ke semua kawan2 redaksi. Keputusannya teguh dan tak tergoyahkan dan aku hargai itu…Akhirnya pembicaraan itu aku tutup dengan harapan agar dia bisa mendapatkan sesuatu yg lebih baik dibanding kondisi kami disini…Semalaman sulit rasanya untuk tidur, lantaran harus menerima semua kondisi yang serba tidak pasti ini. Dan terlintas “Sampai kapan aku harus seperti ini??” pikirku.

Pagi ini, aku harus kembali dengan segala aktivitasku..Terbangun dan mendapati kawanku itu sudah tidak di kamarnya. Dia sudah ke kantor rupanya…Biasanya dari kost, aku langsung pergi liputan, tapi tidak hari ini…Aku mampir ke kantor untuk sekedar mengucapkan sesuatu yang akan mengantarkannya kembali ke tanah kelahirannya. Aku tidak mengucapkan selamat jalan atau selamat tinggal, karena persaudaraan kami tidak akan berpisah, walaupun harus jauh berada di tempat berbeda…

Siang tadi, sms dari kawanku itu mampir hampir ke setiap nomer kawan2 redaksi Bandung. Isinya jelas, “Temans, saya mohon maaf kalau selama tugas di Bandung punya kesalahan Mulai hari ini saya undur diri dari SINDO sekaligus pamitan karena hari ini juga saya pulang ke Bali. Mari kita melangkah menggapai semua dari temoat berbeda. Trims teman,” begitulah pesan singkatnya.

Kawanku ini pun salah satu korban dari sederatan kawan2 lainnya karena sistem yang tidak sehat. Kawanku itu adalah orang kesekian kalinya yang akhirnya memilih pergi lantaran tidak mendapat penghargaan dari kerja keras dan pengorbanannya…Jaln itu tlah kau pilih kawan..semoga kau tidak salah melompat, dan terjatuh di lubang yang sama.. Doa dan semangatku akan menyertaimu kemanapun kau melangkah kawanku…Mungkin suatu saat, aku juga akan mengikuti langkahmu…