Wartawan Perang

Posted by Ditulis oleh Ruang Public On Selasa, Januari 27, 2009

Kawan…
Akhir-akhir ini mulai banyak muncul berita di media-media mengenai sepak terjang para teroris yang ada di muka bumi ini. Entah mereka datang dari mana, yang jelas banyak kecaman terahadap keberadaan mereka yang dinilai telah menginjak-injak nilai kemanusiaan. Berita yang muncul di media, sangat detail menggambarkan bagaimana aksi teror dilakukan oleh mereka semua. Mulai dari penculikan, pengeboman, hingga aksi baku tembak dengan tentara perdamaian.
Sebagai seorang jurnalis, membaca berita-berita seperti itu, pikiran langsung melayang ke wilayah konflik yang tergambar didalam berita. Situasi mencekam, dentuman meriam, pekikan senjata, hingga tangisan anak-anak dan perempuan tak bersalah yang jadi korban. Namun itu hanya sebatas angan-angan saja, saya atau kita tak mampu menggambarkan betul detail kejadian disana.
Daerah rawan konflik memang penuh tantangan bagi seorang pewarta berita yang bertugas menyampaikan sesuatu pada orang banyak. Rasa ketakutan dan intimidasi, serta perihnya hati melihat korban-korban berjatuhan, pasti akan mewarnai hari-hari seorang jurnalis daerah konflik. Hebatnya, itu semua dapat terasa dan tergambarkan dalam barisan kalimat dan kata2 yang akan dibaca banyak orang. Entah apa yang membuat barisan kalimat itu seolah bernafas dan benar-benar hidup. Yang jelas, menjadi wartawan perang yang bertugas di daerah konflik, memerlukan rasa humanis dan keterampilan yang cukup. Tanpa itu semua, berita yang dihasilkan hampa tak bernyawa.
Merebaknya aksi teror yang terjadi di belahan dunia lain akhir-akhir ini, membuat orang semakin khawatir akan ancaman aksi teror dari orang-orang tak bertanggungjawab. Di berbagai daerah di Indonesia, berlomba-lomba menggelar simulasi anti teror sebagai salah satu persiapan tentara menangkal aksi terorisme. Salah satunya dilakukan di Bandung oleh Pasukan Batalyon Infanteri 300/Raider Banjar Kedaton (Yonif 300/RBK) Kodam III Siliwangi. Mengambil lokasi hotel Preanger di Jalan Asia Afrika, simulasi ini pun digelar dengan sekenario yang cukup panjang. Entah mereka siap atau tidak jiak keadaannya benar terjadi. Tapi apapun itu, kita patut mendukung upaya-upaya yang dilakukan demi terciptanya kedamaian di muka bumi ini.
Saya mendapat satu kesempatan dan pengalaman untuk belajar meliput dan menulis berita yang menggambarkan mengenai aksi teror di hotel tersebut. Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, berangkatlah saya dengan wartawan lain ke Hotel Preanger dimana sudah di setting tempat dan pemeran adegan teror itu. Dede Yusuf sang aktor kenamaan Indonesia yang kini menjadi politisi didaulat menjadi korban aksi teror. Saya memperhatikan betul dan mencoba merasakan apa yang terjadi jika ini benar-benar nyata.
Saya berada di dalam aksi teror dimana dentuman bom datang tak terduga, pekikan senjata tak pernah berhenti berbunyi, serta teriakan korban menjadi bagian dari proses liputan. Akhirnya kutuliskan dalam sebuah berita untuk koranku esok hari. Begini beritanya:

Yonif 300/RBK Selamatkan Wagub dari Aksi Teroris
BANDUNG (SINDO) – Pasukan Batalyon Infanteri 300/Raider Banjar Kedaton (Yonif 300/RBK) berhasil menyelamatkan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf dalam drama penyanderaan oleh sekelompok teroris di Hotel Grand Preanger, kemarin.
Wagub Dede Yusuf yang kala itu sedang melakukan rapat tertutup dengan sejumlah ketua umum kamar dagang dan industri (Kadin) dari berbagai negara sahabat di lantai 3 Hotel Grand Preanger, dikejutkan dengan aksi para teroris yang sebelumnya telah berhasil melumpuhkan penjaga keamanan hotel. Para teroris menyandera wagub dan peserta rapat serta meminta tebusan.
Selain wagub dan peseta rapat, para teroris juga menyandera sejumlah pengunjung di lobi hotel. Aksi teroris semakin beringas ketika mengetahui Pasukan Yonif 300/RBK mencoba masuk untuk menyelamatkan para sandera. Aksi baku tembak pun tak terhindarkan didalam lobi hotel. Para teroris yang mengenakan penutup kepala dan bersenjata lengkap, saling tembak dengan Pasukan Yonif 300/RBK. Bahan peledak telah disiapkan para teroris dan dipasang di sudut-sudut hotel tersebut.
Dari luar terdengar ledakan bahan peledak yang telah dipasang sebelumnya, dan mengakibatkan kepulan asap muncul dari dalam hotel. Disaat terjadi baku tembak di dalam lobi hotel, dua orang anggota dari Pasukan Yonif 300/RBK meluncur dari atas gedung dengan menggunakan sebuah tali, dan memecahkan kaca lantai 3 hotel untuk menyelamatkan Wagub dan sandera lainnya. Akhirnya, para teroris pun berhasil dilumpuhkan, dan para sandera berhasil dievakuasi keluar dari hotel. Kepulan asap dan api yang berasal dari ledakan bom, dipadamkan oleh pasukan biru dari Dinas pemadam kebakaran Kota Bandung. Sedikitnya tujuh unit mobil pemadam kebakaran, disiagakan untuk melumpuhkan si jago merah.
Aksi tersebut merupakan bagian dari simulasi penanganan anti terror yang dilakukan oleh Komando Daerah Militer (KODAM) III/Siliwangi untuk mengatasi aksi terror yang mengancam fasilitas public seperti hotel berbintang dan obyek vital lainnya. Pangdam III Siliwangi Mayor Jenderal TNI Rasyid Qurnuen Aquary mengatakan, segala bentuk terorisme yang terjadi di wilayah Jawa Barat pada khususnya harus dapat diantisipasi. Pasalnya, apapun yang berkaitan dengan terorisme bukan hanya akan berimbas pada korban jiwa saja, tapi juga melumpuhkan sendi-sendi lainnya, seperti pariwisata dan keamanan.
“Jawa Barat harus aman dari segala tindakan terorisme dan segala bentuk terorisme harus diantisipasi sejak awal. Kami akan tetap melakukan latihan seperti ini, sebagai salah satu langkah mengantisipasi aksi teroris,” tegas Rasyid Qurnuen Aquary pada wartawan seusai simulasi anti terror di Hotel Preanger kemarin. Menurutnya, setiap tempat yang menjadi persingahan wisatawan asing, selalu menjadi target tindakan terror. Dimana terdapat wisatwan asing, kemungkinan besar para teroris akan beraksi.
Untuk sementara, pihaknya baru memiliki 300 pasukan Yonif 300/RBK untuk mengantisipasi aksi terror. Pasukan tersebut, kata dia, sama halnya dengan Komando Pasukan Khusus (KOPASUS) yang siap untuk menghadapi akis teroris. Ia berharap, pasukan ini akan berkembang lebih banyak jika Panglima TNI AD meminta untuk mengembangkannya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf mengatakan, rasa aman dari segala aksi teroris merupakan point penting yang dapat menumbuhkan kepercayaan bangsa asing terhadap Indonesia, dan jawa Barat khususnya Bandung. “kalau rasa aman bisa diberikan dan ditunjukkan pada wisatwan, tentunya mereka tidak akan merasa khawatir untuk berwisata kesini, adegan tadi benar-benar menegangkan dimana ada tembakan dan ledakan. Ini lebih seru dari shooting film,” ujar Dede disambut tawa tamu undangan. (wisnoe moerti)

Seusai merasakan beberapa saat meliput aksi teror walaupun sekedar simulasi, menggugah kembali keinginan awalku untuk menajdi seorang jurnalis di daerah konflik. Keinginan yang bukan didasarkan untuk menyerahkan nyawa sia-sia, tapi lebih pada tantangan besar. Alangkah hebatnya mereka (jurnalis perang) yang berusaha menggambarkan secara nyata keadaan konflik agar benar-benar dirasakan dalam barisan kata dan kalimat. Menulis ditengah dentuman meriam, pekikan senjata, menjadi tantangan tersendiri. Ancaman dan intimidasi menjadi bagian dari liputan sehari-hari. Belum lagi dibutuhkan keteguhan hati saat menulis ditengah teriakan dan tangisan para korban. Saya benar ingin merasakan hal itu secara nyata, bukan gegabah atau merasa sombong, tapi lebih pada keinginan untuk berkembang dan maju. Bukan pula ingin berdiri diatas penderitaan orang lain dan membeberkan penderitaan mereka.
Setiap orang pasti punya keinginan dan cita-cita, mungkin inilah keinginanku ketika aku memutuskan menjadi seorang pewarta berita. Pewarta berita yang bukan hanya menunggu berita datang dari langit atau pemberian dari entah siapa. Saya hanya ingin memberikan kepada umat manusia mengenai apa yang saya lihat dan saya rasakan. Itu sudah…..

Bandoeng, 03 Januari 2009